PT Gudang Garam menunjuk Susilo Wonowidjojo sebagai presiden direktur untuk mempertahankan pangsa pasar menyusul aksi korporasi yang dilakukan oleh British American Tobacco Plc.
Dalam siaran pers yang dilansir perusahaan di Kediri, Jawa Timur, disebutkan Wonowidjojo menggantikan Djajusman Surjowijono, yang mengundurkan diri pada Februari.
Suksesi itu dilakukan setelah pesaing asing melakukan ekspansi di negara dengan jumlah perokok terbesar setelah China dan India. Sejumlah perusahaan termasuk BAT dan Philip Morris International Inc berebut pangsa pasar di Indonesia. Laba kuartal pertama Gudang Garam naik dua kali lipat mencapai rekor dibantu oleh pemangkasan biaya.
"Gudang Garam melakukan strategi positif, terlihat dari hasil kuartal terakhir, yang sangat baik. Memang masih awal, namun saya kira daya beli masyarakat juga berperan penting, tidak hanya bagi Gudang Garam tetapi juga industri," jelas Rumaida Utami, analis PT CIMB-GK Securities Indonesia, sebelum pengumuman tersebut.
PT HM Sampoerna, dengan pangsa pasar 29%, mengalahkan Gudang Garam untuk menjadi penguasa industri rokok pada 2006, setahun setelah Philip Morris mengakuisisi perusahaan itu.
Pada 17 Juni, BAT mengambil alih PT Bentoel Internasional Investama dengan nilai US$494 juta untuk melebarkan sayap di pasar rokok kretek di Indonesia. Direktur Asia Pasifik John Daly menjelaskan perusahaan rokok terbesar di Eropa ini mengincar peluang yang luas di Indonesia dengan tujuan menggeser posisi Gudang Garam dari peringkat kedua.
Gudang Garam didirikan pada 1958 dan menguasai 26,5% pangsa pasar, turun dari 36% pada 1999. Selama tahun ini, saham perusahaan naik dua kali lipat, melebihi kenaikan 47% pada Jakarta Composite Index. Pada 19 Juni, saham turun 1% menjadi Rp9.500.
Jubir Gudang Garam Vidya Boediyanti pada Februari menjelaskan Surjowijono mengundurkan diri karena faktor usia. Dia sempat menjabat sebagai direktur keuangan selama 10 tahun. Wonowidjojo menjadi vice president director sejak 1990 dan menduduki posisi direktur lebih dari 10 tahun.(yn)
Dalam siaran pers yang dilansir perusahaan di Kediri, Jawa Timur, disebutkan Wonowidjojo menggantikan Djajusman Surjowijono, yang mengundurkan diri pada Februari.
Suksesi itu dilakukan setelah pesaing asing melakukan ekspansi di negara dengan jumlah perokok terbesar setelah China dan India. Sejumlah perusahaan termasuk BAT dan Philip Morris International Inc berebut pangsa pasar di Indonesia. Laba kuartal pertama Gudang Garam naik dua kali lipat mencapai rekor dibantu oleh pemangkasan biaya.
"Gudang Garam melakukan strategi positif, terlihat dari hasil kuartal terakhir, yang sangat baik. Memang masih awal, namun saya kira daya beli masyarakat juga berperan penting, tidak hanya bagi Gudang Garam tetapi juga industri," jelas Rumaida Utami, analis PT CIMB-GK Securities Indonesia, sebelum pengumuman tersebut.
PT HM Sampoerna, dengan pangsa pasar 29%, mengalahkan Gudang Garam untuk menjadi penguasa industri rokok pada 2006, setahun setelah Philip Morris mengakuisisi perusahaan itu.
Pada 17 Juni, BAT mengambil alih PT Bentoel Internasional Investama dengan nilai US$494 juta untuk melebarkan sayap di pasar rokok kretek di Indonesia. Direktur Asia Pasifik John Daly menjelaskan perusahaan rokok terbesar di Eropa ini mengincar peluang yang luas di Indonesia dengan tujuan menggeser posisi Gudang Garam dari peringkat kedua.
Gudang Garam didirikan pada 1958 dan menguasai 26,5% pangsa pasar, turun dari 36% pada 1999. Selama tahun ini, saham perusahaan naik dua kali lipat, melebihi kenaikan 47% pada Jakarta Composite Index. Pada 19 Juni, saham turun 1% menjadi Rp9.500.
Jubir Gudang Garam Vidya Boediyanti pada Februari menjelaskan Surjowijono mengundurkan diri karena faktor usia. Dia sempat menjabat sebagai direktur keuangan selama 10 tahun. Wonowidjojo menjadi vice president director sejak 1990 dan menduduki posisi direktur lebih dari 10 tahun.(yn)