Sering terdengar selentingan baik di bumn dan pegawai swasta maupun pemerintahan mempromosikan seorang karyawan untuk menduduki jabatan baru terdengar nada sumbang putus asa dan sebagainya.
Kreteria klasik seseorang untuk dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi menurut teori manajemen yang pernah saya pelajari kalau tidak salah sebagai berikut :
1. Telah cukup waktunya untuk duduk pada jabatan tersebut, baik basic penddikan,
senioritas, cukup mampu dengan hasil test tertulis yang diadakan.
2. Pihak manajemen percaya dan dan memprediksi yang bersangkutan mampu untuk memimppin dan berinovasi demi kemajuan perusahaan.
3. Merupakan motivator positif bagi bawahannya sehingga akan terjalin dan terbentuk
suatu team kerja yang solid dan mapan. Namun kadang-kadang hal umum diatas yang tidak ergitu spesifik tersebut terabaikan, terlihat ada unsur kedaerahan, manajer di tekan oleh pihak direksi, surat sakti dari dirjen, sehingga setelah orang tersebut duduk mulai terlihat kendala klasiknya namun hal ini sulit untuk didobrak.
Mungkin kita sebagai orang timur yang penuh toto kromo sehingga sulit membedakan mana yang keluarga dan mana yang dinas, hal ini tidak berlaku untuk perusahaan asing yang ada di indonesia.
Saya melihat benar betapa anak si miskin namun mempunyai otak yang cerdas bisa masuk tampa ada basa basi, berkerja dan memegang jabatan yang cukup strategis.
Kadang-kanag kita juga berpikir, departemen sumber daya manusia yang sarat dengan berbagai tool karier dengan program trainingnya yang tidak sedikit menghaburkan unag perusahaan, toh hasilnya nol besar.
Mungkin , salah satu cikal bakal korupsi yang merajalela saat ini hal-hal yang sepintas tidak begitu crucial kata orang bijak.
Mari kita kembali ke pradigma awal tempatkanlah seseorang tersebut berdasarkan kemampuan dan keahliannya.